Minggu, 26 Februari 2012

Kisah Anak ber-ibubapa-kan babi

Kelebihan Nabi Musa yang tidak ada pada nabi-nabi lain adalah dapat berbicara langsung dengan Allah SWT. Suatu hari Nabi Musa naik ke Bukit Tursina untuk bertanya kepada Allah SWT. “Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan bersama denganku?”. Allah SWT pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mengikuti tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dituju.
Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau bisa bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Tuan rumah itu tidak langsung melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam bilik dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Nabi Musa terkejut melihatnya. “Apa maksud semua ini?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan. Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian diantar ke dalam bilik. Tidak lama kemudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudian diantar kedalam bilik kembali. Selesai melakukan semua itu barulah dia melayani Nabi Musa.
“Wahai saudara! Apa agama kamu?”.tanya Nabi Musa
” Tauhid agamaku”, jawab pemuda itu “Yaitu agama Islam”.
“Lalu, mengapa kamu merawat babi? Kita tidak boleh berbuat seperti itu.” Kata Nabi Musa.
“Wahai tuan hamba”, kata pemuda itu. “Sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapa kandungku. Oleh karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah SWT telah menukarkan rupa mereka menjadi babi yang buruk rupanya. Soal dosa mereka dengan Allah SWT itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah SWT. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Hari-hari aku berbakti kepada kedua ibu bapaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.”, sambungnya.
“Setiap hari aku berdo’a kepada Allah SWT agar dosa mereka diampunkan. Aku memohon supaya Allah SWT menukarkan wajah mereka menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah SWT masih belum mengabulkannya.”, tambah pemuda itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa. ‘Wahai Musa, inilah orang yang akan bersama denganmu di Syurga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua ibu bapanya. Ibu bapanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia berbakti juga. Oleh itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak shaleh disisi Kami. Oleh karena dia telah berada di maqam anak yang shaleh disisi Kami, maka Kami angkat do’anya. Tempat kedua ibu bapanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga.” Itulah berkat anak yang shaleh. Do’a anak yang shaleh dapat menebus dosa ibu bapa yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga. Ini juga hendaklah dengan syarat dia berbakti kepada ibu bapanya”
Banyak pelajaran dari kisah diatas yang bisa kita ambil. Walau bagaimana buruknya sekali pun perangai kedua ibu bapa kita itu bukan urusan kita, urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa. Walau banyak sekali pun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah SWT supaya kedua ibu bapa kita diampuni Allah SWT. Do’a anak yang shaleh akan membantu kedua ibu bapanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para ibu bapa di alam kubur. Kasih sayang seorang anak kepada ibu dan bapanya bukan hanya melalui harta yang diberikan, tetapi rasa kasih sayang seorang anak kepada kedua ibu bapanya ialah dengan berbakti kepada ibu bapa & mendo’akan kedua ibu bapanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.
sumber: http://www.fitri-online.com/kisah-anak-ber-ibubapa-kan-babi-158.html